Ada sesuatu yang magis saat saya membuka kotak suku cadang berdebu dan menemukan emblem, baut, atau panel yang rasanya sudah lama hilang dari mobil tua saya. Restorasi mobil lawas itu bukan sekadar mengembalikan barang agar terlihat rapi — itu soal menjaga cerita, bikin mesin bernapas lagi, dan kadang menerima fakta bahwa tidak semua bagian bisa kembali seperti baru. Yah, begitulah pengalaman saya setelah beberapa proyek yang bikin tebal dompet sekaligus tebal sabar.
Mulai dari Fondasi: Kenali Apa yang Kamu Butuhkan (dan Apa yang Nggak)
Sebelum berburu, catat rinciannya: tahun, model, nomor part kalau ada, dan foto bagian yang mau diganti. Jangan tergoda beli satu paket komplit kalau ternyata cuma satu klip kecil yang rusak. Di proyek pertama saya, saya beli set lampu lengkap padahal cuma salah satu reflektor yang retak — pengalaman mahal yang mengajarkan cek dua kali itu wajib.
Tips Praktis: Sumber Suku Cadang — Lawas vs Repro
Ada tiga sumber utama: NOS (new old stock), suku cadang bekas dari yard atau kolektor lain, dan reproduksi. NOS itu emas, tapi harganya bisa bikin meringis. Repro kerap lebih murah dan mudah didapat, tapi kualitas dan fitment bisa variatif. Saya biasanya campur-campur: cari NOS untuk bagian yang terlihat (emblem, grill), ambil repro untuk bracket atau bagian non-struktural. Forum dan grup Facebook sering jadi tempat tukar pengalaman soal kualitas reproduksi tertentu.
Apa saja yang Perlu Kamu Waspadai? (Catatan dari Jalanan)
Berhati-hatilah dengan nomor part palsu dan klaim “original” tanpa bukti. Selama road trip berburu parts saya pernah hampir beli batch kabel kelistrikan yang ternyata tidak sesuai standar — untung saya bawa multimeter dan cek continuity sebelum bayar. Juga, periksa kondisi karat pada bagian struktural; panel tubuh bisa terlihat ok dari luar tapi bekas tambalan atau karat parah di baliknya bisa jadi bom waktu.
Jaga Jaringanmu: Komunitas, Tukar Barang, dan Event
Kolektor lain seringkali adalah sumber terbaik. Saya dapat banyak suku cadang lewat barter atau rekomendasi. Hadiri kopdar, pameran klasik, dan lelang kecil-kecilan. Bahkan ada situs dan blog yang jadi gudang informasi, kadang saya nemu petunjuk langka di sana — contohnya saya sempat menemukan tautan yang membantu melalui yonkescerca saat nyari manual teknis lama. Jangan malu tanya; kebanyakan orang senang membantu sesama pecinta mobil lawas.
Logistik: Pengiriman, Penyimpanan, dan Keamanan
Suku cadang lawas sering dikirim lintas negara. Hitung biaya kirim dan bea masuk sebelum klik “beli”. Bungkus komponen rapih-rapih: bracket dan emblem logam perlu lapisan anti karat, sedangkan interior butuh kantong vakum agar tidak kotor. Di rumah, label setiap kotak dengan jelas — percayalah, kotak yang berlabel “misc” akan jadi kutukan dalam tiga bulan.
Restorasi yang Realistis: Budget dan Timeline
Kerjakan restorasi dalam fase. Tentukan prioritas: keamanan dan mesin dulu, estetika kemudian. Saya menetapkan “stop-loss” budget; kalau harga suku cadang tertentu melampaui batas, saya cari alternatif atau tunda. Restorasi tak pernah linear; ada hari penuh semangat dan hari ketika kita cuma bisa ngopi sambil mikir apakah akan melanjutkan. Itu normal.
Catatan Akhir: Seni Sabar dan Cinta yang Otentik
Mobil lawas mengajarkan kesabaran. Terkadang bagian itu muncul entah dari mana, kadang harus dibikin ulang sendiri. Yang paling berharga bukan cuma kendaraan yang selesai, tapi jaringan cerita dan orang yang kamu temui sepanjang perjalanan. Kalau kamu baru mulai, nikmati prosesnya — belajar, bertanya, berhemat, dan sedikit berpetualang. Siapa tahu, bagian yang kamu cari selama bertahun-tahun tiba-tiba muncul di meja kopi tetangga. Yah, begitulah dunia kolektor.